Never Give Up On My Way
29 September 2013 pada pukul 2
siang, saya dan 2 teman saya diberi amanah untuk mengisi rohis di smp . Setelah
berusaha menuju tempat dengan naik sepeda, akhirnya kami tiba dengan selamat di
tempat tujuan.
Kami
bertiga lalu menuju kantor guru untuk memrinta keterangan tempat dan segala
hal. Setelah sampai kami di persilahkan masuk ke kantor dan berbincang-bincang.
Ketika kita memulai pembicaraan, hati saya sudah menyangka bahwa ada hal yang
akan terjadi, karena kedatangan kami yang terlambat, seharusnya jam 1 kami
sudah harus mengisi, tetapi kami baru sampai di tujuan pada pukul 2 lewat 10.
Lalu sang bapak bertanya. Darimana dek? Kami dari SMAIT Insantama pak, kami
diperintahkan guru untuk mengisi acara untuk smp. oh, SMA yang di pagentongan
itu ya, emang ada acara apa dek? Mengisi kajian. Oh iya ada rohis di smp, tapi
jam setengah 1 tadi dek, bapak sih ngajar smp
juga, memang smp tuh senin sampe rabu masuk pagi, tapi kalo kamis sabtu
pulangnya siang, aturan adek datengnya jam 12, terus setengah jam bisa nyiapin
materi tuh. Nanti kalo kesini kamu atur waktunya lagi, karna smp kan kalo gak
di suruh stay, dia pulang, capek juga kan kalo nunggu. Emang gak di atur dulu
sama gurunya? Kaya pasukan khusus aja, diperintahkan langsung terjun
kelapangan. Harusnya di atur dulu lain kali kalo kesini. “kami juga abis
sekolah pak, dan pulang setelah sholat,”
Saya dan teman saya merasa salah
telah datang terlambat, dan kami tau kami terlambat dan salah dalam hati kami
ingin menyampaikan alasan keterlambatan kami. Tetapi tetap kami usahakan untuk
datang, karna kondisi kami, atau kesibukan kami. Tetapi kami hanya mendengarkan
masukan dari salah satu guru di sekolah tersebut. Dan setelah mengakhiri
pembicaraan, kami segera meminta maaf kepada beliau, segera bersalaman lalu
berpamitan, tetapi sambutan tangan kami tidak beliau toleh walaupun tetap
menyalami kami. Dalam hati saya sudah merasa tidak dihormati, dan perjuangan
kedatngan kami serasa dihiraukan, walaupun salah tetap ada pada kami.
Setelah meninggalkan sekolah
tersebut, salah satu teman saya berkata. Padahal mau ngisi ceramah tapi malah
diceramahin. Perasaan saya pun juga ingin berkata seperti itu tp saya langsung
teringat musyrif saya, ustadz saya, dan tentunya nabi Muhammad SAW yang
memperjuangkan dakwah islam dari 0 dan bagaimana halangan, rintangan, cacian,
makian, menjadi hal wajar setiap hari. Tetapi Rosulullah tetap tabah dan sabar
menyikapinya. Bukan membalasnya tetapi menyapanya, bukan dendam yang ada dalam
hatinya tetapi doa yang disampaikannnya kepada Allah untuk menyadarkannya.
Itulah kemuliaan nabi, rosul kita yang mengagumkan.
Tiba tiba perasaan buruk saya terpendam dengan cepat, ketika
mengingat sedikit saja perjuangan dakwah musrif, ustad, para sahabat, dan
Rosulullah. Teringat pesan kakak kelas dan ustad saya segera beristigfar . melihat teman saya yang lesu, lalu saya berinisiatif
membelikan capcin, agar semangat dakwah mereka tetap tegar.
Inilah dakwah, kadang ia disambut
dengan baik, kadang ia belum bisa diterima. Jadi jangan harap hidup kita selalu
lempeng, langgeng, gak ada cobaan, sebenarnya Ia sudah memiliki rencana untuk
seluruh umatnya. Entah itu di masa mudanya atau tuanya. Itu sudah ketetapan
Allah, bersyukurlah kalian yang diberi cobaan, yang diberi kesulitan, yang
hidupnya selalu minoritas, karna kalianlah yang akan Allah muliakan, jika
memutuskannya dengan benar dan bukan mengeluh sampe bunuh diri, jadikanlah
contoh hidup Rasulullah sebagai hidupmu, sambutlah dengan syukur, jalanilah
dengan lapang, putuskanlah dengan ikhtiar dan tawakal, dan jadikanlah sabar
untuk segala keputusa- Nya. insyaAllah itu adalah jalan yang terbaik. Semangat
kawan! [naufalard]
Komentar
Posting Komentar