Hari Bersejarah dalam Hidupku




            Hari itu merupakan hari bersejarah dalam hidupku, hati ini tak sanggup lagi menampung kerinduan yang amat dalam, mata ini tak henti meneteskan air mata. Ternyata bukan hanya aku yang merasakan itu, ratusan ribu kaum muslimin di depan mataku juga merasakan hal yang sama. Yang kudengar hanyalah teriakkan takbir dimana-mana, menggelora di tengah ibukota. Dengan gagah mereka semua mengangkat bendera putih dan hitam yang bertuliskan “laa ilaha illallah muhammadurrasulullah”. Ya itulah al-Liwa dan ar-Raya. Bendera kaum muslimin, bendera yang Rasulullah junjung. Bendera yang telah berdiri tegak selama 13 abad lamanya, yang telah tersebar hingga 2/3 dunia. Bendera yang mempersatukan umat dari berbagai agama tanpa mengenal batas teritorial. Tapi saat ini bendera itu telah hilang dilupakan, bahkan dihinakan, mereka yang menjunjungnya dianggap teroris.


            Saudaraku datang dari sabang sampai merauke, bahkan dari segala penjuru dunia, hanya untuk menyerukan satu suara akan persatuan umat diseluruh dunia. Mereka menceritakan kepadaku bagaimana penderitaan yang dirasakan di kampung halaman mereka, Suriah, Afganistan, Irak, Mesir, Inggris, Amerika, Sudan, Afrika dan negara lainnya. Mereka mengalami penindasan yang luar biasa, wanita dihinakan, anak kecil dibinasakan, rumah mereka dihancurkan, pemimpin mereka diam, bahkan menjadi dalang atas hidup mereka. Mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Mereka teriakkan kepada saudara muslim di Indonesia, Malaysia, Arab Saudi, dan negara muslim lainnya untuk mengerahkan tentaranya, tapi negara tersebut hanya memberikan makanan dan obat, “kami tak butuh itu! Apakah dengan kalian memberikan obat dan makanan, kalian membiarkan kami hidup, sementara kami terus disiksa?” hatiku tersayat mendengar kalimat itu, entah apa yang akan jadi hujjah ku dihadapan Allah nanti. Lalu bagaimana caraku menolong mereka?

            Mereka tidak putus asa, mereka berkata dengan lantang “Kita meyakini bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah SWT yang telah menurunkan bagi kita Rasulullah Muhammad dengan Kitabullah dan Sunnah. Dulu kita adalah kaum penyembah dan pembela berhala, tidak mengerti ucapan apapun kecuali dusta. Namun Islam ajarkan kita jalan penuh makna, berjuang, berkorban menuju ridho dan ampuanan-Nya. Kita disini bukan untuk dunia, kita disini untuk menyerukan Zat yang menciptakan dunia, kita disini karena kita mendengarkan ayat-ayat Allah SWT. Allah berfirman: Siapa saja yang berpaling dari peringatanKu, Al-QuranKu maka baginya penghidupan yang sempit dan kelak di hari kiamat dia akan dikumpulkan dalam keadaan buta. Maka berkata orang-orang buta pada hari itu duhai tuhanku mengapa aku dikumpulkan dalam keadaan buta? Padahal aku dulu bisa melihat. Begitulah anda, ketika datang kepada anda ayat-ayat kami namun anda melupakannya, maka pada hari ini andapun akan dilupakan. Maka bagaimana mungkin ayat-ayat Allah SWT saat ini kita lupakan? Maka bagaimana mungkin sistem yang dicontohkan oleh Rasulullah Muhammad, ditegakkan oleh Khulafaur Rasyidin Al-Khilafah kita lalaikan dan kita abaikan. Kita memahami bahwa jalan ini tidak akan mudah dan penuh kesulitan, kita memahami bahwa pada jalan ini akan menuntut pengorbanan. Namun semua itu lebih baik ketimbang kita berhadapan Allah dengan keadaan buta! Dan kita beriman kepada Allah SWT bahwa tidak ada yang menciptakan, menghidupkan, mematikan dan kembali kita kepadanya, maka tidak boleh ada sekutu satupun bagi Allah, baik itu dalam hal penciptaan, dalam hal hukum, dalam hal pemerintahan. Kita yakin pada setiap janji Allah dan Rasulullah, seperti itulah kita meyakini bahwa akan kembalinya Khilafah ala minhajin nubuwwah!”

            Aku beserta teman-temanku berbaris layaknya pasukan elit, menjunjung bendera tauhid, mengawal para pembicara di tengah stadion gelora bung Karno. Menjadi saksi sejarah akan kesadaran umat, akan perjuangan mulia, yang sangat dirindukan setiap orang, yang akan mengembalikan masa kejayaan dahulu. Umat merindukan hidup ditengah kemuliaan dengan sistem yang memuliakan setiap orang, dengan pemimpin yang menjadi tameng umat.

Inilah jalan yang kami pilih. Perang merupakan aktivitas kami, pemikiran adalah senjata kami. Kami disatukan oleh ikatan Aqidah, bukan ikatan kelompok, suku, apalagi nasionalisme. Dakwah merupakan poros hidup kami, menjadikan setiap detik dalam hidup kami untuk mengemban tugas mulia ini, mengembalikan kehidupan Islam diatas muka bumi. Kami yakin janji-Nya pasti akan terwujud. Kamilah yang akan menjadi saksi sejarah sekaligus pemeran dalam perubahan itu!

30 Mei 2015, Rapat dan Pawai Akbar

Hizbut Tahrir Indonesia

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berharap Menjadi Ikhwan yang Ia Rindukan

Generasi Wacana

Bagaimana Cara Menghancurkan Islam