Kilas Balik 3 Tahun Perjuangan
3 tahun sudah kami lewati masa-masa penuh warna di tempat yang
bahkan belum kami ketahui sebelumnya, berawal dari paksaan orang tua, omongan
orang, bahkan keyakinan kami sendiri
Hari itu kami mencoba berani untuk melangkahkan kaki jauh dari
rumah, meminta restu, meninggalkan kedua orangtua kami, bermodalkan doa, dan
keyakinan kecil. Kami datang dari berbagai penjuru, menuju satu tempat yang
sangat asing ditelinga kami waktu itu..
Tibalah kami ditempat itu, kami masih merasakan keraguan dalam diri kami,
karena belum siap menghadapi lingkungan baru. Tapi keraguan kami sedikit hilang
ketika bertemu wajah-wajah polos, imut-imut yang ternyata kelak menjadi sahabat
terbaik kami, sahabat seperjuangan.
Teringat pesan yang disampaikan kepada kami ketika itu. ‘hari ini,
kalian menjadi anak2 kami, dan kami menjadi orangtua kalian, jika kalian masuk
kesini dengan niat setengah-setengah, atau bahkan tidak ikhlas, percayalah
kalian hanya akan mendapatkan hasil yang setengah itu, atau bahkan tidak sama
sekali, tetapi jika sejak awal kalian meniatkan dengan sungguh-sungguh mencari
ilmu disini, tantangan, cobaan seberat apapun yakinlah insyaAllah bisa kalian
hadapi, dan kalian akan mendapatkan hasil sebesar apa yang kalian niatkan’
Keraguan kami semakin lama semakin terkikis, berubah menjadi
rangkaian mimpi dan harapan. Kami dibentuk menjadi kesatria malam yang teguh
pendirian, kuat, percaya diri. Membuat mimpi-mimpi besar yang terkadang tak
masuk akal, tapi kami diberi keyakinan dan kepercayaan yang sangat besar bahwa “KALIAN
ADALAH HARAPAN UMAT” Berat rasanya mendengar kalimat itu. Orang sepertiku bisa
apa? Apa yang bisa kami lakukan untuk umat?
Hari berlalu, rasanya kami sudah tidak kuat menahan banyaknya beban
dan tekanan, terbesit dalam hati kami, ingin menyudahi semuanya dan mencoba
untuk keluar, mencari jalan baru yang mungkin lebih mudah dan tidak berat.
Emosi bercampur aduk dalam hati kami. Tapi selalu ada orang yang meyakinkan
kami kembali. “Perjuangan belum berakhir,
mau keluar hanya karena masalah sepele? Apa yang engkau lihat? Pantaskah engkau
menyerah sekarang, sementara saudara kita di luar sana terus berjuang, mereka
mengorbankan keluarga, orangtua, keringat dan darah mereka untuk menghadapi
senapan dan tank-tank besar padahal mereka tidak punya apa-apa lagi untuk
dikorbankan dan hanya yakin pada keyakinan mereka”.
Karena itu ingatlah
“Pemimpin sejati tidak
lahir dari KENYAMANAN dan KEMUDAHAN, tapi pemimpin sejati terlahir dari
KESUKARAN, TANTANGAN dan TAK JARANG AIR MATA”
Perjuangan terus
kami lanjutkan, segala tantangan kami hadapi. Memang terasa suliiit sekali
mencapai angan-angan yang kami cita-citakan, mendengar banyak perkataan orang
lain, yang terus meremehkan kami. Sakit memang mendengarnya, tapi itulah
perjuangan.
Hingga sebagian
mimpi kami terwujud, kami semakin yakin pada jalan yang kami ambil disini,
menjadi insan-insan pilihan..
Yang mana darah mereka tertoreh dalam tinta emas
sejarah peradaban
Sungguh diwariskan kepada kita, darah mereka
Darah para mujahid pembela islam
Darah Umar bin Khattab, sang singa padang pasir. Yang
teguh memegang bara islam
Darah Musab bin Umair, sang pembebas Madinah dan
orator ulung yang dengannya Madinah ditundukan
Darah Muhammad al faith, sang penakluk Konstantinopel
yang sebaik-baik pasukan adalah pasukannya
Dan sebaik baik pemimpin adalah dirinya
Darah Hamzah bin Abdul Muthalib, sang singa Allah dan
pemimpin para syuhada
Darah Abu Bakar ashiddiq, sahabat terbaik Rasulullah
yang setia,
dan tetesan darah kaum muslimin di seluruh dunia dalam
menegakkan panji-panji Islam, lalu siapakah berikutnya? Kitakah yang akan
meneruskan perjuangan ini?
[naufalard]+alumni
Komentar
Posting Komentar