Bertamu ke Sarang Lawan


Hari ini negeriku dirundung kesedihan, karena tim sepakbolanya tak mampu meraih juara dalam final di markas lawan. Menerima kekalahan 2-0 dari negeri tetangga. Tapi bukan itu yang ingin saya ceritakan.

Tak mau kalah, saya bersama kawan saya datang ke “sarang” mereka di Jogjakarta yaitu markas organisasi muslim Thailand. Kaum muslim Pattani-Thailand yang sedang kuliah di Jogjakarka berkumpul dalam satu organisasi yang bernama IPMITI (Ikatan Persaudaraan Mahasiswa Islam Thailand di Indonesia) yang berpusat di Jogjakarta. Organisasi ini memiliki cabang 3 cabang, yaitu Jogjakarta, Solo dan Malang . Kedatangan kami bukan untuk melawan namun untuk bersapa dengan mereka. Sebelumnya mereka dahulu yang bertamu ke “markas” kami dalam acara kajian rutin yaitu Ngobrol Pemikiran Islam.

Malam itu kita tak membahas siapa yang menang dan siapa yang kalah. Malam itu kami habiskan dengan bercerita pengalaman, dari makanan, budaya, bahasa, hingga “curhat” tentang kondisi umat Islam pada saat ini, khususnya yang kami alami, kaum muslim Indonesia, juga kaum muslim pattani-Thailand.


Banyak kesamaan yang ada pada diri kami dengan mereka. Mulai dari wajah, nampak tak ada perbedaan yang signifikan dengan kebanyakan orang Indonesia. Kemudian bahasa, mereka cenderung menggunakan bahasa melayu dibandingkan bahasa Thailand sendiri. Juga warna kulit mereka yang sawo matang.

Tidak banyak perbedaan yang ada pada kami, hanya beberapa budaya saja yang berbeda. Karna masyarakat pattani yang letaknya di selatan cenderung kepada budaya melayu. Namun masyarakat pattani di utara memiliki ciri khasnya tersendiri. Contohnya adalah bahasa yang digunakan masyarakat Thailand Utara ialah bahasa thai dan bahasa daerah bukan bahasa melayu.

Yang menarik dan menjadi perhatian dalam perbincangan kami pada saat itu ialah, mengapa mayoritas muslim di Thailand berada di Pattania atau daerah Thailand Selatan? Dan apa yang terjadi pada mereka sehingga lebih memilih menjadi "seorang" Pattani dan enggan memilih menjadi “seorang” Thailand?

Mereka mengatakan penindasan terhadap kaum muslim Thailand Selatan yaitu di Yala, Pattani, dan Narathiwat masih terus terjadi, bahkan mereka merasakan penindasan yang dilakukan oleh rezim Thailand, karena pada mulanya wilayah Thailand Selatan merupakan negara yang berdiri sendiri, kemudian dijajah oleh Thailand. Mereka dilarang menggunakan bahasa melayu, semua hal harus di Thailand-kan; bahasa sehari hari, bahasa pengantar sekolah, begitupun nama-nama mereka.  Pembunuhan, penembakan, pengeboman, bahkan terus terjadi hingga saat ini.

Komentar:
Derita yang mereka alami, juga terjadi pada negeri muslim lainnya, seperti Rohingya, Palestina, Afganistan termasuk Indonesia. Perbedaannya, mereka terjajah dalam bentuk fisik namun Indonesia walaupun merdeka secara fisik tetapi Indonesia terus terjajah secara politik dan ideology, kami terus diteror dengan narasi-narasi jahat yang menghantam identitas keislaman kami dan memecah belah kami dengan label-label buatan seperti teroris, radikal, fundamentalis, dan moderat ala barat. Kami dipaksa menjadi korban perbudakan modern. Harta kami dirampas oleh tangan-tangan asing. Kedaulatan negara kami hanyalah slogan yang sebenarnya melayani kepentingan “tuannya”

Hal ini akan terus terjadi pada tubuh kita, kaum muslimin dimanapun kita berada. Jika kita tidak sadar dimana letak penyakit kita.

Saudaraku, muslim Pattani. Semua ini terjadi karna kita terpisah oleh batas-batas negara yang mengkotak-kotakan kita. Maka prinsip setiap negara dalam menolong negeri tetangganya ialah urusan tetangga boleh kita bantu, namun jangan sampai mengorbankan keluarga sendiri.

Saudaraku, muslim Pattani. Tidak ada pelindung bagi kita, koalisi negara yang mengaku sebaai pelindung negara-negara itu hanya bersorak dan menonton, tanpa melakukan tindakan yang adil terhadap penindasan-penindasan yang terjadi.

Saudaraku, muslim Pattani. Kemerdekaan yang hakiki ialah ketika kita semua merdeka dari penghambaan  kepada makhluk, baik sistem maupun hukumnya. Menuju penghambaan hanya kepada Allah SWT. Meninggalkan sistem sekuler buatan manusia, dan mengatur setiap diri kita dengan apa yang Allah perintahkan, yang Rasulullah perjuangkan.

Maka sudah selayaknya kita bersatu, sudah kewajiban bagi kita untuk menghilangkan sekat yang ada pada diri kita. Hidup dalam  satu kepemimpinan politik Khilafah Islamiyah yang akan melindungi siapapun yang tunduk pada Syariat Allah SWT.

Khilafah akan menyatukan wilayah Pattani, Yala dan Narathiwat dengan semenanjung Malaysia, kepulauan Indonesia, kepulauan Sulu-Mindanao di Filipina Selatan, dan seluruh wilayah dunia Islam lainnya dan menaungi kita dengan kemerdekaan hakiki yakni bersatu untuk menghamba hanya kepada Allah Swt semata. Ingatlah Rasulullah saw. pernah menulis surat kepada penduduk Najran, yang di antara isinya berbunyi:

«… أَمّا بَعْدُ فَإِنّي أَدْعُوكُمْ إلَى عِبَادَةِ اللّهِ مِنْ عِبَادَةِ الْعِبَادِ وَأَدْعُوكُمْ إلَى وِلاَيَةِ اللّهِ مِنْ وِلاَيَةِ الْعِبَادِ …»
…Amma ba’du. Aku menyeru kalian ke penghambaan kepada Allah dari penghambaan kepada hamba (manusia). Aku pun menyeru kalian ke kekuasaan (wilâyah) Allah dari kekuasaan hamba (manusia) … (Ibn Katsir, Al-Bidâyah wa an-Nihâyah)


Bonus: "Makan Bersama"


Menikmati makanan khas Thailand "Sup Tom Yam" hehe

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Berharap Menjadi Ikhwan yang Ia Rindukan

Generasi Wacana

Bagaimana Cara Menghancurkan Islam